Kutipan “Jing Tu Sheng Xian Lu” (Kisah Para Praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati)
Dinasti Qing (1636-1912), Kisah Praktisi Wu
Pada zaman Dinasti Qing, di daerah Jiang Ning (saat ini bagian tenggara Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu) ada seorang nenek tua bermarga Wu. Saat berusia muda, suaminya wafat dan meninggalkan seorang putra.
Nenek tua ini pun membesarkan putranya seorang diri dengan susah payah, sampai putranya mandiri dan menikah. Namun diluar dugaan, beberapa tahun setelah menikah, putranya juga meninggal di usia muda.
Nenek Wu pun membesarkan cucunya yang masih kecil, bersama dengan menantu yang menjadi janda di usia muda. Tiga generasi tua dan muda itu pun hidup bersama mengandalkan satu sama lain, menjalani kehidupan dengan miskin dan tanpa bantuan.
Nenek Wu kemudian berjodoh bertemu dengan Pintu Dharma Tanah Suci, dan membangkitkan keyakinan tulus dalam hatinya. Sejak saat itu, ia pun bervegetarian, memiliki keyakinan, tekad, dan melafal Amituofo, serta mengambil 5 sila Pancasila Buddhis.
Nenek Wu membersihkan rumah kecilnya dengan sangat bersih, dengan penuh hormat memuja rupang Buddha. Setiap pagi setelah bangun tidur, ia membersihkan diri, menggosok gigi. Setelah merapikan diri, ia pun membakar dupa dan bernamaskara di hadapan Buddha, melafal Amituofo sebanyak 3000 lafalan, sebagai tugas yang rutin dilakukannya setiap hari. Usai itu nenek tua barulah mulai melakukan pekerjaan rumah,mempertahankan kebiasaan ini hingga puluhan tahun lamanya.
Ada seorang tetangganya yang bernama Zhu Ben-yuan, saat putra dari Nenek Wu masih hidup, keduanya sangatlah akrab. Setelah putra Nenek Wu meninggal di usia muda, karena hubungan mereka dahulu yang akrab, Zhu Ben-yuan masih sering mengunjungi nenek tua sekeluarga.
Kemudian pada saat musim semi tahun ke-22 era pemerintahan Kaisar Jiaqing (tahun 1817 Masehi), Nenek Wu tiba-tiba menemui Zhu Ben-yuan, memberitahunya, “Beberapa hari kemudian di tanggal sekian, saya harap kamu bisa datang ke rumah mengunjungi saya. Ada sesuatu hal yang sangat penting, harus merepotkan kamu untuk membantu mengurusnya.” Zhu Ben-yuan pun menyetujuinya.
Ketika hari tersebut tiba, Zhu Ben-yuan pun datang ke rumah Nenek Wu. Ia melihat Nenek Wu telah memakai jubah praktisi, meninggal dengan posisi duduk bersila di atas tempat pembaringannya.
Zhu Ben-yuan segera bertanya pada menantu Nenek Wu, “Apa yang terjadi dengan nenek tua?” Menantu berkata, “Ibu mertua akhir-akhir ini melafal Amituofo seperti biasa, kondisinya juga sangat bagus, semalam ia meminta saya untuk merebus air untuk mandi, kemudian beliau pun berbaring di tempat tidur dan beristirahat dengan tenang, saya juga tidak tahu kapan beliau duduk di atas tempat tidur dan meninggal.”
Zhu Ben-yuan tiba-tiba mengerti, “Ternyata nenek menyuruh saya untuk mengurus pemakamannya!”
Video :
《淨土聖賢錄》
清吳媼
吳媼,江寧人。夫早喪,遺一子,撫之成立。婚娶數年,子又亡。乃與寡媳,共撫弱孫,孤苦度日。後篤信淨土法門,長齋奉佛,受優婆夷戒。潔小樓,供佛像,每晨起,盥漱後,即炷香禮拜,持佛名三千,定為日課。課畢,始理家事,如是數十年。同里有朱本願者,素與其子善,故常往還。嘉慶廿二年春,媼忽謂之曰,卻後某日,子幸過我,有一緊要事,須托辦也。本願諾之,至期往,媼已搭縵衣,趺坐床上逝矣。問其媳雲,近日課誦如常,精神亦佳。昨夜索浴畢,即安臥,不知何時坐化也。本願因為料理喪葬事焉。