Sabtu, 11 Desember 2021

JTSXL 13 - Kisah Praktisi Lei

 

 

Kutipan “Jing Tu Sheng Xian Lu” (Kisah Para Praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati)

Periode Tiongkok Nasionalis (1912-1949), Kisah Praktisi Lei

 

Pada periode Tiongkok Nasionalis, ada seorang praktisi tua Lei. Ia adalah ibu dari Li Kai-shen di Provinsi Hubei. Praktisi Lei meninggal di usia 87 tahun.

 

Sepanjang hidupnya, ia telah melewati banyak sekali liku-liku, telah merasakan banyak sekali kesengsaraan. Oleh karena itu, praktisi lansia ini selalu hidup disiplin, berlapang hati terhadap orang lain, menjadikan rajin, hemat, berwelas asih sebagai prinsip hidupnya. Kebaikan hati maupun kebajikan yang dilakukannya sangatlah banyak, sampai-sampai sangat sulit untuk dijelaskan secara detail.

 

Diantara tahun 1918 dan 1919, karena praktisi Lei melihat putranya, praktisi Li Kai-shen yang mempelajari Buddha Dharma, ia pun sangat serius dan teliti untuk meminta putranya mengajarkan dia tentang Buddha Dharma, putranya pun menjelaskan padanya.

 

Setelah praktisi Lei mendengarkannya, ia merasa sangat panik dan takut, kemudian berintrospeksi diri, “Ternyata kehidupan saya selama ini hanyalah sebuah mimpi, mulai dari sekarang, saya bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.”

 

Ia pun melatih Pintu Dharma Tanah Suci dengan sepenuh hati, memfokuskan diri melafal Amituofo, dan melimpahkan semua jasa kebajikan dari melatih diri untuk terlahir ke Alam Sukhavati.

 

Setiap pagi dan malam, praktisi Lei giat melatih diri dengan “Metode Sepuluh Lafalan” di dalam Ajaran Buddha, waktu selebihnya, ia pun memfokuskan pikiran melafal Amituofo berkesinambungan. Setiap kali melafal Amituofo, pasti harus menyalakan dupa, pasti harus menghadap ke arah Barat. Pada malam yang hening, di dalam kamarnya sering tercium keharuman istimewa.

 

Sejak praktisi Lei bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, setiap kali ada tamu yang berkunjung atau menemuinya, praktisi Lei juga mengajak mereka untuk melafal Amituofo dengan sungguh-sungguh dan bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.

 

Orang-orang berkata, ia mulai belajar Buddha Dharma saat berusia 80an tahun, tapi dapat begitu yakin dan memiliki tekad yang kuat, serta melafal Amituofo dengan giat. Jika tidak memiliki kebijaksanaan bawaan, maka tidak akan sanggup seperti dia.

 

Sampai pada tahun 1919 diantara musim panas dan gugur, praktisi tua Lei memanggil praktisi Li Kai-shen dan berkata padanya, “Putraku, saya akan pergi ke Alam Sukhavati, cepatlah persiapkan urusan-urusan setelah saya meninggal.”

 

Sejak saat itu, tubuh praktisi Lei semakin hari semakin lemah, tetapi ia lebih giat lagi melafal Amituofo. Sampai sekitar tanggal 10 bulan 12, ia jatuh sakit dan hampir merenggut nyawanya, tetapi kemudian, ia pun sembuh kembali.

 

Ia menasihati keluarganya agar melafal Amituofo dengan sungguh-sungguh, dan membaca “Sutra Intan” siang malam tanpa henti. Setiap kali ada orang yang datang menjenguknya, praktisi Lei juga mengajak mereka untuk ikut melafal Amituofo, jangan tercampur dengan basa-basi lain yang tidak penting.

 

Setelah tanggal 20 bulan 12, praktisi Lei semakin hari menjadi semakin lemah, namun ia tetap mempertahankan, setiap hari duduk dan beranjali melafal Amituofo. Tidak sampai 10 hari kemudian, praktisi Lei melihat ada sekuntum teratai merah yang mengelilingi dirinya, kemudian melihat ada tiga cahaya emas menyinarinya dari arah Barat.

 

Sampai pada saat menjelang ajalnya, ia terus berkata, “Buddha telah datang, Buddha telah datang, Buddha telah datang.” Kemudian seperti biasanya, melafal Amituofo dengan tulus hati dan terlahir ke Alam Sukhavati.

 

Pada saat menjelang ajal, praktisi Lei sangatlah tenang, tidak ada penderitaan sedikitpun. Diantara kedua alisnya, muncul sebuah aksara “Buddha”, sampai kegiatan pelafalan Amituofo selesai, saat tubuhnya dipindahkan, aksara “Buddha” ini barulah menghilang. Orang rumah juga mendengar dengan samar-samar ada alunan irama kebahagiaan.

 

Video :

https://youtu.be/dXdlbOlV258

 

《淨土聖賢錄》

民國雷太夫人

雷太夫人,湖北李開侁居士之母也。在世八十七年,屢經世變,迭遘閔兇。持己待人,一以勤儉慈悲為本。生平懿行,難以詳述。至民國七八年來,因見開侁居士研究佛理,精詳垂問,瞿然自省曰,吾其夢乎。自茲以往,吾其為西方之歸乎。於是迴向淨土,一以彌陀為皈依。每日早晚,依法十念,其余靜坐之時,均念佛不輟。且坐必焚香,面必西向。臥室中,靜夜時聞異香。又自念佛以來,凡接見者,咸以淨土法門相勸勉。人咸謂,老耄學佛,非有夙慧,不能如此。至己未夏秋間,嘗呼開侁告曰,予將去矣,身後事,汝其速備。自後氣血漸衰,念佛益猛。臘月初十前後,瀕危復安,自囑家人念佛,並念金剛經,曉夜不停。問疾者,亦令念佛,勿雜他語。二十以後,日漸微弱,仍日起坐合掌念佛。旬日中,初見紅華圍繞,次見金光三道自西來。彌留之日,恆稱佛來了,佛來了,及仍常念佛。臨終安詳,無諸痛苦,眉際現一佛字,移時始散,家人隱聞音樂聲。