Minggu, 29 Agustus 2021

JTSXL 03 - Kisah Upasika Tang Terlahir ke Alam Sukhavati

 

 

Kutipan “Jing Tu Sheng Xian Lu” (Kisah Para Praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati)

Kisah Upasika Tang Terlahir ke Alam Sukhavati

 

Upasika Tang, bernama Buddhis Ren Yuan, penduduk Wuxi, Provinsi Jiangsu. Sejak usia kecil suka membaca Sutra dan sangat berbakti. Saat berusia 10 tahun, ayahnya menderita Penyakit Paru-paru, Upasika Tang setiap harinya harus bangun pada tengah malam, usai membaca Sutra, dia pergi memetik Blustru (tumbuhan merambat sejenis mentimun) yang masih berembun yang letaknya di kejauhan.

 

Selesai memetik Blustru hingga keranjangnya penuh, dia segera pulang dan membuat jus Blustru, sebelum fajar menyingsing, segera memberikannya kepada sang ayah untuk diminum. Setelah sebulan lebih berlalu, ayahnya sembuh. Saat menginjak usia 18 tahun, Upasika Tang menikah dengan seorang pria bermarga Ni.

 

Bertepatan waktu itu adalah tahun 1860 Masehi, era pemerintahan Kaisar Xianfeng (Kaisar Dinasti Qing ke-9), meletusnya Perang Candu Kedua. Ayah Upasika Tang gugur dalam upaya melawan invasi bangsa asing, dan seluruh anggota keluarganya juga ikut menjadi korban dalam masa kekacauan tersebut. Satu-satunya yang selamat adalah adik laki-lakinya yang bernama Tang Qian-sou, dia berhasil melarikan diri dari tragedi naas tersebut.

 

Setelah 5 tahun berlalu, pertempuran sudah agak reda, Upasika Tang mengumpulkan tulang belulang korban massal yang berserakan, kemudian menggigit tiga jari tangan kanannya hingga berdarah, lalu memercikkannya di atas tumpukan tulang, dia segera dapat mengenali tulang ayahnya lalu menguburkannya, selain itu juga mengubur tumpukan tulang korban massal tersebut.

 

Adiknya dikarenakan terlantar dan kelamaan tinggal di alam terbuka yang dingin dan lembab, akhirnya jatuh sakit dan kondisinya kritis. Upasika Tang membantunya membaca Sutra dan melakukan pertobatan, menjaga dan merawatnya, hingga beberapa bulan kemudian sang adik sembuh.

 

Sejak itu dia dan suaminya tidur di ruang terpisah, selain itu dia juga menjalankan Lima Sila, di tempat hunian barunya, setelah membersihkannya, dia meletakkan altar sembahyang guna memuja rupang Buddha dan Bodhisattva, dia memiliki jadwal yang tetap untuk melatih diri setiap harinya.

 

Keluarga Ni (pihak keluarga suaminya) bukanlah keluarga yang berada, namun hidup serba kekurangan, Upasika Tang memperoleh penghasilan dari menyulam dan menjahit lalu mempersembahkannya kepada ibu mertuanya, sisanya digunakan untuk memberi uluran tangan bagi yang membutuhkannya, bahkan digunakan untuk kegiatan melepaskan satwa ke alam bebas. Dalam waktu keseharian ketika bersua dengan orang lain, pasti tidak jenuh-jenuhnya menasehati orang lain agar melakukan kebajikan.

 

Pada tahun 1920 Masehi, bulan 7 hari ke-30, tiba-tiba Upasika Tang berkata, “Hari ini saya akan terlahir ke Alam Sukhavati.” Sambil mengeluarkan sebungkus kelopak Bunga Teratai, lalu menyuruh keluarganya memasak air, dia hendak membersihkan dirinya, mengenakan pakaian bersih dan jubah, lalu duduk bersila dan terlahir ke Alam Sukhavati, tutup usia 78 tahun.

 

《淨土聖賢錄》

民國 唐氏

唐氏。法名仁緣,江蘇無錫人。年幼即喜好誦經,生性至孝。十歲時,父親罹患肺病,唐氏於每日的半夜起來,誦經完畢後,就到遠方去摘取帶有露水 的絲瓜,摘滿了整個籃筐,回家後搗成絲瓜汁,在即將天亮的時候,給她的父親喝。歷經一個多月,父親的病竟然痊癒了。

 

年十八歲時,嫁給倪姓的人家,剛好遇到清文宗咸豐十年(西元一八六〇年)的庚申之變,父親抵抗賊兵在戰亂中死亡,而全家也都因亂事去世,只有弟弟唐潛叟逃出。過了五年,亂事平定後,唐氏才將所有眾多的屍骨全部撿拾在一起,然後咬破右手的三隻手指,將所流的血遍灑在那些屍骨之上,隨即得以辨認出父親的屍骨,然後為父親辦理喪葬,並且埋葬其他的屍骨。她的弟弟由於顛沛流離於街道中,受到寒冷陰濕而感染疾病,病重瀕臨危險。唐氏為他誦經禮懺,料理醫藥,歷經數個月才病癒。

 

從此以後,就與丈夫分房,並且受五戒。所居住的兩間房屋,唐氏打掃潔淨後,供奉佛菩薩的聖像,在屋內恭敬地禮拜誦經,每日都有固定的功課。倪家本來就清苦貧困,唐氏以刺繡縫紉的收入奉養婆婆,剩餘的錢財則救濟有急用的人,並且辦理放生。平常見到人必定苦口婆心地勸人行善。民國九年(西元一九二〇年)七月三十日,忽然說:“我於今日將要往生。”並拿出一包蓮花瓣,命令家人為她燒熱水沐浴,改穿受戒的衣服,然後端坐而往生,世壽七十八歲。 (近代往生傳)

 

 

Minggu, 15 Agustus 2021

JTSXL 02 - Kisah Oma Pelafal Amituofo

 

  

Kutipan “Jing Tu Sheng Xian Lu” (Kisah Para Praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati)

Dinasti Yuan, Kisah Oma Pelafal Amituofo

 

Pada era Kaisar Yuan Wen-zong (1304-1332), hiduplah seorang nenek yang melafal Amituofo, tidak diketahui nama dan marganya. Pada tahun 1330, di wilayah utara Provinsi Zhejiang di sebelah barat Sungai Qiantang, selama beberapa tahun berturut-turut mengalami bencana kelaparan. Di kota Hangzhou, jasad korban akibat kelaparan saling bertumpuk satu sama lainnya. Oleh karena itu, pihak pemerintah menginstruksikan kepala daerah setempat untuk menyuruh orang memindahkan jasad-jasad tersebut ke sebuah lubang besar yang ada di gunung belakang Pagoda Liu He.

 

Ada seorang nenek tua yang jasadnya belum membusuk meskipun sudah melewati lebih dari 20 hari. Meskipun setiap hari mereka menumpuk jasad di sana, tetapi jasad nenek tersebut setiap hari tetap berada di paling atas dari tumpukan jasad. Semua orang merasa sangat aneh, jadi mereka pun memeriksa jenazah nenek tersebut. Di dalam pakaiannya ada sebuah kantong kecil, yang tersimpan tiga lembar gambar bulatan melafal Amituofo. (Zaman dulu dan sekarang juga masih ada, kertas nienfo, misalnya nienfo 108 kali Amituofo, maka akan menghitamkan/menandai bulatan nienfo di kertas).

 

Hal ini diketahui oleh pihak pemerintah, kemudian mereka membeli keranda dan memasukkan jenazahnya ke dalam keranda, lalu mengkremasikannya. Saat proses perabuan berlangsung, dari gumpalan asap muncul rupang Buddha dan Bodhisattva, bercahaya cemerlang dan agung. Pada saat itu orang-orang yang menyaksikan peristiwa tersebut, kemudian beralih menjadi praktisi pelafal Amituofo, jumlahnya banyak sekali.

 

《淨土聖賢錄》

元朝 念佛婆

 

念佛婆。不清楚她的姓氏。元文宗至順元年(西元一三三〇年),浙西(錢塘江以西的浙江省北部地區)連續好幾年鬧飢荒,杭州城中,餓死的屍體相互堆壓,因此官府命令坊正(管理街坊的地方官員,約為里長)請人抬走屍體,丟棄到六和塔後山的大坑中。

 

有一位老太婆,經過二十幾天遺體仍不腐爛,雖然每天都在收拾屍體,但是老太婆的遺體,每日都會位居於眾屍體之上。大家都覺得很奇怪,於是就搜查她的身體,衣中藏有小袋子,貯放三張念阿彌陀佛的念佛圖。此事為官府所知,於是為她買棺材入殮,然後火化,火化時其煙燄中,出現佛菩薩的聖像,光明盛大。當時因此而發心念佛的人,極為眾多。 (山庵雜錄)