Minggu, 26 Desember 2021

JTSXL 15 - Kisah Praktisi Wu

 

 

Kutipan “Jing Tu Sheng Xian Lu” (Kisah Para Praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati)

Dinasti Qing (1636-1912),  Kisah Praktisi Wu

 

Pada zaman Dinasti Qing, di daerah Jiang Ning (saat ini bagian tenggara Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu) ada seorang nenek tua bermarga Wu. Saat berusia muda, suaminya wafat dan meninggalkan seorang putra.

 

Nenek tua ini pun membesarkan putranya seorang diri dengan susah payah, sampai putranya mandiri dan menikah. Namun diluar dugaan, beberapa tahun setelah menikah, putranya juga meninggal di usia muda.

 

Nenek Wu pun membesarkan cucunya yang masih kecil, bersama dengan menantu yang menjadi janda di usia muda. Tiga generasi tua dan muda itu pun hidup bersama mengandalkan satu sama lain, menjalani kehidupan dengan miskin dan tanpa bantuan.

 

Nenek Wu kemudian berjodoh bertemu dengan Pintu Dharma Tanah Suci, dan membangkitkan keyakinan tulus dalam hatinya. Sejak saat itu, ia pun bervegetarian, memiliki keyakinan, tekad, dan melafal Amituofo, serta mengambil 5 sila Pancasila Buddhis.

 

Nenek Wu membersihkan rumah kecilnya dengan sangat bersih, dengan penuh hormat memuja rupang Buddha. Setiap pagi setelah bangun tidur, ia membersihkan diri, menggosok gigi. Setelah merapikan diri, ia pun membakar dupa dan bernamaskara di hadapan Buddha, melafal Amituofo sebanyak 3000 lafalan, sebagai tugas yang rutin dilakukannya setiap hari. Usai itu nenek tua barulah mulai melakukan pekerjaan rumah,mempertahankan kebiasaan ini hingga puluhan tahun lamanya.

 

Ada seorang tetangganya yang bernama Zhu Ben-yuan, saat putra dari Nenek Wu masih hidup, keduanya sangatlah akrab. Setelah putra Nenek Wu meninggal di usia muda, karena hubungan mereka dahulu yang akrab, Zhu Ben-yuan masih sering mengunjungi nenek tua sekeluarga.

 

Kemudian pada saat musim semi tahun ke-22 era pemerintahan Kaisar Jiaqing (tahun 1817 Masehi), Nenek Wu tiba-tiba menemui Zhu Ben-yuan, memberitahunya, “Beberapa hari kemudian di tanggal sekian, saya harap kamu bisa datang ke rumah mengunjungi saya. Ada sesuatu hal yang sangat penting, harus merepotkan kamu untuk membantu mengurusnya.” Zhu Ben-yuan pun menyetujuinya.

 

Ketika hari tersebut tiba, Zhu Ben-yuan pun datang ke rumah Nenek Wu. Ia melihat Nenek Wu telah memakai jubah praktisi, meninggal dengan posisi duduk bersila di atas tempat pembaringannya.

 

Zhu Ben-yuan segera bertanya pada menantu Nenek Wu, “Apa yang terjadi dengan nenek tua?” Menantu berkata, “Ibu mertua akhir-akhir ini melafal Amituofo seperti biasa, kondisinya juga sangat bagus, semalam ia meminta saya untuk merebus air untuk mandi, kemudian beliau pun berbaring di tempat tidur dan beristirahat dengan tenang, saya juga tidak tahu kapan beliau duduk di atas tempat tidur dan meninggal.”

 

Zhu Ben-yuan tiba-tiba mengerti, “Ternyata nenek menyuruh saya untuk mengurus pemakamannya!”

 

Video :

https://youtu.be/4aDdJyWaj9w

 

《淨土聖賢錄》

清吳媼

吳媼,江寧人。夫早喪,遺一子,撫之成立。婚娶數年,子又亡。乃與寡媳,共撫弱孫,孤苦度日。後篤信淨土法門,長齋奉佛,受優婆夷戒。潔小樓,供佛像,每晨起,盥漱後,即炷香禮拜,持佛名三千,定為日課。課畢,始理家事,如是數十年。同里有朱本願者,素與其子善,故常往還。嘉慶廿二年春,媼忽謂之曰,卻後某日,子幸過我,有一緊要事,須托辦也。本願諾之,至期往,媼已搭縵衣,趺坐床上逝矣。問其媳雲,近日課誦如常,精神亦佳。昨夜索浴畢,即安臥,不知何時坐化也。本願因為料理喪葬事焉。


 

Minggu, 19 Desember 2021

JTSXL 14 - Kisah Bhiksu Liang Xiu

 

 

Kutipan “Jing Tu Sheng Xian Lu” (Kisah Para Praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati)

Dinasti Qing (1636-1912), Kisah Bhiksu Liang Xiu

 

Pada zaman Dinasti Qing ada seorang Bhiksu Liang Xiu, ia berasal dari daerah Zhenhai di Provinsi Zhejiang. Saat masih muda, ia pernah bekerja di kantor pos Kota Zhenjiang.

 

Ia akrab dengan Bhiksu Cong Qian yang tinggal di sebuah pondok kecil di puncak Jiulian, Gunung Baohua, Provinsi Nanjing. Pada suatu hari, ia tiba-tiba sadar akan ketidakkekalan dunia ini, lalu membawa koper dan naik ke atas gunung, memohon Bhiksu Cong Qian agar dapat menerimanya menjadi murid dan menahbiskan dirinya. Setelah mengambil sila KeBhiksuan, Bhiksu Liang Xiu melafal Amituofo dengan sepenuh hati, bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.

 

Kemudian, Bhiksu Cong Qian hendak pergi ke Cixi, yang sekarang merupakan Vihara Jin Xian di Kota Cixi, Provinsi Zhejiang, untuk mengurus vihara tersebut. Jadi, Bhiksu Liang Xiu pun ikut pergi ke Cixi.

 

Saat itu, ada seorang praktisi yang bernama Ye Ming-nian, sangat mengagumi pelatihan diri Bhiksu Liang Xiu. Jadi ia pun membangun sebuah vihara kecil yang di dalamnya terdapat lima kamar, untuk dipersembahkan kepada Bhiksu Liang Xiu. Semua kebutuhan yang diperlukan Bhiksu, dipersembahkan oleh Upasaka Ye Ming-nian.

 

Bhiksu Liang Xiu tinggal di vihara kecil itu cukup lama, di dalam vihara tidak ada barang yang berlebihan, hanya meninggalkan setumpuk abu sisa pembakaran kayu, siapapun tidak tahu apa alasannya. Bhiksu sangat jarang menerima tamu ataupun berbincang dengan orang lain, di sampingnya hanya ada seorang praktisi tua yang membantunya.

 

Kemudian, sampai pada zaman Dinasti Qing, tahun pertama dari Era Xuantong, yaitu tahun 1909, pada suatu hari, Bhiksu Liang Xiu tiba-tiba pergi ke rumah praktisi Ye Ming-nian, dan berpamitan padanya,“Saya akan segera pergi!” “Anda telah menjaga dan memberi perhatian pada saya selama bertahun-tahun, budi kebajikanmu hanya bisa saya balas, setelah saya terlahir ke Alam Sukhavati.” Praktisi Ye pun mengundangnya untuk makan siang di rumah, setelah makan, Bhiksu berpamitan dan kembali ke vihara.

 

Keesokan harinya usai sarapan, Bhiksu Liang Xiu berkata pada praktisi tua yang menjaganya, “Hidangan siang hari ini, anda santap sendiri saja, saya tidak perlu makan lagi.” Praktisi tua mengira Bhiksu ada keperluan dan hendak pergi keluar.

 

Lalu sampai pada siang hari, praktisi tua seperti biasanya memasak hidangan siang, selesai masak, ia pun mengundang Bhiksu untuk makan siang, ia sudah memanggil beberapa kali, tetapi Bhiksu tidak menjawab, praktisi melihat pintu kamar setengah terbuka, lalu mendorong pintu dan masuk.

 

Ia melihat Bhiksu Liang Xiu berdiri di dalam kamar, tangan kanannya memegang tasbih dan diletakkan di depan dada, tangan kirinya terulur ke bawah. Praktisi tua memanggilnya, ia tidak menjawab, mendorongnya, ia juga tidak bergerak. Saat itu praktisi tua baru sadar, ternyata Bhiksu telah terlahir ke Alam Sukhavati. Ia kemudian segera memberi tahu praktisi Ye Ming-nian.

 

Praktisi Ye setelah mendengar kabar tersebut, segera membawa beberapa orang pergi ke vihara kecil tersebut, hanya melihat Bhiksu Liang Xiu masih berdiri di dalam kamar dan tidak bergeming. Orang-orang berseru, dapat terlahir ke Alam Sukhavati dengan posisi berdiri seperti ini, benar-benar sangat jarang ditemukan dan jarang terdengar!

 

Kemudian, menyingkap lengan kiri jubah Bhiksu, ada sesuatu di genggaman tangannya, itu adalah 30 keping uang. Di jari tangan Bhiksu juga ada bekas abu, barulah diketahui bahwa tumpukan abu di dalam kamar itu ternyata adalah tempat penyimpanan harta selama hidupnya. Bhiksu meninggalkan uang ini, agar setelah wafat, tidak merepotkan orang lain, niat ini benar-benar mendalam dan sangat memikirkan orang lain!

 

Seumur hidupnya, Bhiksu Liang Xiu memiliki keyakinan mendalam dan tekad menyeluruh pada Alam Sukhavati, sepenuh hati melafal Amituofo berkesinambungan tidak terputus, terakhir, ia mengetahui kapan waktunya terlahir ke Alam Sukhavati, dan meninggal dengan posisi berdiri. Tingkatan teratai-nya pasti sangatlah unggul!

 

Video :

https://youtu.be/EgBSX0LXGM4

 

《淨土聖賢錄》

清良修

良修,浙江鎮海人,少時供職鎮江信局。素與金陵寶華山,九蓮峰茅篷,從乾和尚善。一日厭世無常,因肩行李,登山求從師剃度。受具後,一心念佛,決志往生。後從師主席慈溪金仙寺,良亦隨至甬,有葉鳴年居士,喜其道行,另建小庵五楹居之,凡諸所需,悉葉供給。庵居有年,室無長物,獨留草灰一堆,不知其故。有人來,少接談,唯一近侍老傭供役使。至宣統初年,一日奔至葉家請假,雲吾當行矣,荷承照拂,須生西後再為報。葉留午飧,作別回庵。次日早膳後,謂侍人曰,午飯汝自吃,吾不用矣。侍人以為有公外出。及午,照常炊爨,飯熟,請午飧,連喚不應,但見室門半開。推門入,見其右手執念珠於胸前,左手垂袖向下,呼不應,推不動。侍人急奔報葉,言良師去矣。葉聞言,即命數人相隨到庵,見其立於室中,巍然不動,真罕見聞之希有事。揭其左袖,見手中有物,出而數之,是銀幣三十圓。復見手指有灰,始知其灰堆,即為一生藏蓄財產之廚櫃。蓄此,以免身後累人,用意深且良矣。如此一生信願,綿密修持,預知時至,屹然立化,往生品位必高。