Sabtu, 26 Maret 2022

JTSXL 24 - Kisah Praktisi Ma Rongzu

 

 

Kutipan “Jing Tu Sheng Xian Lu” (Kisah Para Praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati)

Dinasti Qing (1636-1912), Kisah Praktisi Ma Rong-zu

 

Pada zaman Dinasti Qing, Ma Rong-zu alias Ning-liang, adalah orang daerah Xiushui, Provinsi Zhejiang. Saat masih muda, Ma Rong-zu sudah bisa menulis artikel. Pada usia 20 tahun, ia lulus ujian tingkat kabupaten bergelar Xiucai. Sejak usia dini, dia telah kehilangan Ayahbundanya, ia menjaga ibu tirinya dengan penuh hormat.

 

Pada usia 30 tahun, Ma Rong-zu terserang penyakit batuk darah. Lima tahun kemudian, penyakitnya bertambah parah, begitu makan langsung muntah. Saat itu ada seorang Bhiksu bernama Xiangfeng, sebelum menjadi Bhiksu, ia sudah kenal dengan Ma Rong-zu.

 

Sepulang dari ditahbiskan dan menuntut ilmu, Bhiksu Xiangfeng telah terbuka kebijaksanaannya, memiliki keyakinan dan pemahaman tanpa rintangan. Ma Rong-zu melihat perubahannya, dalam hatinya merasa sangat terkesima. Jadi ia meminta Bhiksu Xiangfeng memberinya resep obat penyembuh.

 

Bhiksu Xiang-feng berkata, “Penyakit anda mungkin tidak bisa disembuhkan oleh obat, jika anda dapat melepaskan segala kemelekatan, melafal Amituofo selama satu kurun waktu yang panjang, setelah keterampilan melafal Amituofo jadi mendalam, maka bisa terbebas dari penyakit besar samsara sejak kalpa tidak terhingga, apalagi penyakit kecil di tubuh seperti saat ini?

 

Setelah Ma Rong-zu mendengarnya, langsung sadar, ia pun mulai bervegetarian dan melatih Pintu Dharma Tanah Suci, melafal Amituofo dengan setulus hati. Kemudian kesehatannya ternyata membaik.

 

Saat permulaan melafal Amituofo, Ma Rong-zu malam hari bermimpi muncul banyak aksara “Usia” di langit, banyaknya sampai tidak dapat dihitung, dan bercahaya cemerlang.

 

Kemudian ia membaca Sutra Buddha, di dalamnya tercantum “Buddha Amitabha juga disebut sebagai Buddha Usia Tanpa Batas, Buddha Cahaya Tanpa Batas” ini berkaitan erat dengan mimpinya.

 

Ma Rong-zu merasa begitu bersukacita dan yakin pada jodoh kehidupan lampaunya adalah di Pintu Dharma Tanah Suci. Sewaktu mempelajari “Sutra Altar Sesepuh Keenam”, ia merasa malu dan menyesal secara mendalam.

 

Kemudian, Ma Rong-zu datang ke Vihara Da Jue Lin mengambil Visudhi Trisarana dan Pancasila Buddhis. Setiap hari melafal Amituofo sebanyak 30.000 lafalan, membaca “Amitabha Sutra” dan “Sutra Intan” masing-masing 1 kali, serta melatih perenungan Aliran Sukhavati. Begitu ada waktu luang, ia pun mengundang teman-teman se-Dharma bersama-sama melakukan kebaktian melafal Amituofo siang malam.

 

Pada akhir bulan 1 tahun tersebut, sebulan setelah ia pulang dari Provinsi Jiangsu, penyakitnya kambuh lagi. Awal bulan 3, ia terbaring tidak berdaya di tempat tidur, Ma Rong-zu berkata pada keluarga dan teman-teman di sekitarnya, “Sejak umur 35 tahun, saya telah membangkitkan Bodhicitta, segenap hati hanya bertekad terlahir ke Alam Sukhavati yang berwibawa tiada bandingnya,  memberi manfaat bagi semua makhluk, dalam pandanganku, sekalipun menikmati kejayaan sebagai perdana menteri, hanya sama saja dengan sepatu usang, sama sekali tidak penting.

 

Saat kini meskipun saya mengidap penyakit berat, namun hati yang bersukacita melafal Amituofo, dan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, sama sekali tidak berubah. Semoga saat menjelang ajal, dapat mempertahankan pikiran benar, sepenuh hati melafal Amituofo, terlahir ke Alam Sukhavati dengan bebas tanpa rintangan!”

 

Ada yang bertanya: “Masih ada banyak anggota keluarga yang perlu anda hidupi dan jaga, bagaimana dengan mereka kelak?” Ma Rong-zu menjawab, “Setiap orang memiliki nasibnya sendiri, ini bukanlah hal yang dapat saya atur.”

 

Sampai pada malam hari tanggal 18 bulan 3, Ma Rong-zu berkata, “Besok saya ingin melakukan pertobatan.” Keesokan harinya, ia mengenakan jubah dan bernamaskara, lalu duduk menghadap ke arah Barat, melafal Amituofo sebanyak ratusan lafalan, dan membaca “Syair Mengikrarkan Tekad Terlahir ke Alam Sukhavati” karya Master Lianchi, hingga waktu sebatang dupa berlalu, barulah kembali berbaring istirahat.

 

Tiga hari kemudian, Ma Rong-zu berkata, “Tiga Suciwan Alam Sukhavati telah muncul di hadapanku, membabarkan Dharma pada diriku, saya berada terus di dalam cahaya agung.”

 

Keesokan harinya, berkata lagi, “Bodhisattva menggunakan air suci membersihkan diriku dari kekotoran batin kehidupan lampau-ku, seketika itu juga saya merasakan kesegaran yang tiada taranya. Kebahagiaan semacam ini sungguh menakjubkan tidak terungkapkan dengan kata-kata.”

 

Malam harinya, ada seorang sahabat Dharma bernama Shen Hong-tiao menjenguknya, bertanya apakah ia ada melafal Amituofo, ia berkata, “Sedang melafal.” Hong-tiao berkata, “Tidak boleh melekat pada fisik.” Ma Rong-zu berkata, “Hati adalah Buddha, mana ada fisik buat melekat?!” Kemudian, Ma Rong-zu tidak makan lagi, setiap hari hanya minum 2 gelas kecil teh, 2 hari terakhir, hanya minum air putih.

 

Pada hari wafatnya, waktu siang, Ma Rong-zu berkata pada keluarganya, “Buddha telah datang menjemputku! Buddha telah datang menjemputku!” lalu melafal Amituofo dengan suara nyaring. Kemudian, dengan posisi berbaring menghadap ke sisi kanan, terlahir ke Alam Sukhavati!

 

Saat itu era pemerintahan Kaisar Qianlong tahun 56, tanggal 29 bulan 3. Ma Rong-zu berusia 48 tahun, tidak memiliki putra, dan meninggalkan surat wasiat tidak menetapkan calon penerus.

 

Video :

 https://youtu.be/p3a10BwbJAo

 

《淨土聖賢錄》

清馬榮祖

馬榮祖,字寧良,浙江秀水人。少能文,弱冠補諸生。父母早逝,事繼母甚謹。年三十,得咯血疾。又五年,疾甚,進食輒吐。有僧祥峰者,未出家時,與榮祖習。及是,參學還,宿慧頓開,信解通利。榮祖心異之,語及卻病方。祥峰曰,子病殆非藥石所能療。子能放下萬緣,觀佛念佛,日久功深,坐斷無明,無量劫來,生死重病,直下解脫,復何身病之患乎。榮祖瞿然有省,遂長齋,修淨業,病良已。先是夜夢虛空中,湧出壽字,不可算數,光明爛然。已而閱梵書,雲阿彌陀,一名無量壽,亦名無量光,適與夢符,益自喜,以為宿緣在是矣。尋讀六祖壇經,默契法源,愧悔交切。後詣山陰大覺林,受三歸五戒,日持佛名三萬,阿彌陀經、金剛經,各一周,兼修淨觀。暇輒邀諸梵侶,晝夜課佛名。其年正月下旬,自蘇歸,閱月病作。三月初,臥床不能起。謂所親曰,我從三十五歲,發菩提心,唯求嚴淨佛土,利益眾生。雖卿相之榮,視同敝屣矣。今即沈痾在體,然一念歡喜心,未曾少變。庶幾臨終正念,直往西方耳。或問,數口嗷嗷,何以善後。曰,此有天焉,非吾所及也。至十八日晚雲,明日要大懺悔。晨起,搭衣禮佛,向西端坐,誦阿彌陀佛名數百,及雲棲發願文,盡炷香,乃就寢。又三日雲,三聖現前,為我說法,我常在大光明中。其明日又云,菩薩以淨水沐我,洗我夙垢,頓獲清涼,樂不可言。向晚,有友沈鴻調來視,問念佛否。曰,念。鴻調曰,不可著相。曰,即心即佛,何著之有。遂屏諸穀食,日飲茶二盞。已而唯飲淨水者二日。方向午,謂家人曰,佛來迎我。連舉阿彌陀佛,右脅而逝。時乾隆五十六年,三月廿九日也。年四十八,無子,遺命,不立後。時祥峰和尚,方閉關蘇州文星閣,修念佛三昧。其年冬,夜夢三人入室,南向坐。其一僧服,旁兩居士,神儀儼然,上有白光覆頂。祥峰禮足已,問三大德何來。僧服者曰,西方來。祥峰曰,莫非阿彌陀佛國中人否。曰,然。因問何名。三人同聲曰,汝名什麼。祥峰曰,弟子法名達文。僧服者曰,卻來妄語。祥峰曰,真也非妄。僧服者又問,汝名什麼。祥峰曰,弟子法名達文。僧服者云,還要妄語。祥峰曰,弟子實非妄語,如何上座雲我妄語。僧服者曰,一切眾生,以妄為真,執假為實,故受輪轉。若有智者,知是妄語,即無輪轉。汝莫自迷,失本真心。當知真心無心,真知無知。覺知乃魔,佛無知覺。汝當信受,莫懷疑惑。祥峰言下開悟,復進曰,上座之說,的是佛法,不可思議。請問上座,既自阿彌陀佛國中來,可曾見阿彌陀佛否。左一人答曰,我向汝說,汝終不信,汝須親見始得。三人齊起,各向祥峰頂上一拍。為說偈曰,應當勤精進,修諸清淨業。因深則果實,慎勿生疑惑。又曰,諸法從心生,諸法從心滅。心法本來空,取捨不可得。又曰,生佛心法等,譬如夢中境。如幻三摩提,汝已知少分。偈畢,忽見馬榮祖,嚴整威儀,頂禮三人。三人即騰空,向西而去。空中樂音嘹亮,佛聲朗然。榮祖更向祥峰三拜,,蒙師勸我修淨業,歸依三寶,今已生淨土,得大安樂,故求菩薩來演妙法,以報深恩。又向祥峰三拜,合掌念佛,向西而去。適晨鐘乍發,蘧然而覺。向晨書之,為紀夢篇。祥峰後隱婁江福城院。臨終預知時至,念佛坐脫。 (一行居集,西方公據書證,染香集。)評曰,前近堂,以降壇而勗同學,今寧良,以託夢而謝深恩。孰謂一生安養,杳無信息乎。雖然,機緣未熟者,不可一概例也。

 

Selasa, 08 Maret 2022

JTSXL 23 - Kisah Bhiksu Cheng Song

 

 

Kutipan “Jing Tu Sheng Xian Lu” (Kisah Para Praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati)

Periode Tiongkok Nasionalis (1912-1949), Kisah Bhiksu Cheng Song

 

Pada periode Tiongkok Nasionalis, ada seorang Bhiksu Cheng Song, sejak kecil hidup miskin dan sendirian. Selama bertahun-tahun ia bekerja sebagai pembantu di Vihara Baiyi di daerah Mianyang, Provinsi Sichuan.

 

Kepala Vihara melihatnya jujur dan sederhana, kemudian menerimanya sebagai murid, dan mengajarkannya Pintu Dharma Tanah Suci. Bhiksu Cheng Song menerima dan mengamalkan sesuai ajaran, melafal Amituofo dengan setulus hati.

 

Setelah gurunya meninggal dunia, Bhiksu Cheng Song di dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih mensucikan diri dan bersahaja, bahkan mengeluarkan seluruh tabungannya untuk mendukung vihara dan menyebarkan Buddha Dharma.

 

Kemudian, ibu dari Bhiksu Cheng Song ditelantarkan oleh keluarga suaminya. Jadi Bhiksu pun menjemput ibunya yang sudah tua dan menjaganya sampai meninggal dunia, serta membuat upacara pemakaman ibunya.

 

Dalam keseharian Bhiksu Cheng Song sangat murah hati, mengasihi dan memberi uluran tangan kepada mereka yang kurang mampu.

 

Sampai usia tua, Bhiksu Cheng Song melatih diri dengan lebih giat lagi, sering duduk bersila melafal Amituofo dengan giat sepanjang malam. Sampai pada awal bulan 1 tahun 1926, Bhiksu Cheng Song mengalami penyakit ringan.

 

Pada suatu malam, ia tiba-tiba bergumam, “Buddha telah datang menjemput saya, Buddha telah datang menjemput saya!”

 

Kemudian memanggil murid-muridnya untuk segera memberi hormat, dan mempersembahkan bunga. Berturut-turut selama 3 malam juga seperti demikian, kemudian, Bhiksu Cheng Song berbaring menghadap ke sisi kanan, dijemput oleh Buddha dan terlahir ke Alam Sukhavati.

 

Video :

https://youtu.be/ztPIiRJfvZ4 

 

《淨土聖賢錄》

民國澄松

澄松,少孤貧,久行傭於四川綿陽白衣庵。庵主見其誠樸,收為徒,即教以念佛,松遂奉行。師沒後,倍清儉,積以隆香火,崇像教。母下堂,老而貧,迎養,死以禮葬。待人厚,愍孤貧,常行利濟。晚年,修持益力,常徹夜趺坐念佛。民國十五年,正月初,小恙。忽夜半,自言佛來接我,呼徒頂禮,香花供養。三夜皆如此,遂吉祥而逝。